Minggu, 18 Agustus 2013

Warga Kebarongan Ditangkap Densus 88 | Diduga Teroris

 
image
BANYUMAS -Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Mabes Polri menangkap Safei (21), warga Desa Kebarongan, RT02 RW 13 Kecamatan Kemranjen, Banyumas. Dia ditangkap saat mengantar keponakannya, Zahrotun (5), membeli permen di warung Titi Rohayati.

Titi mengatakan, belum sempat mengambil permen, Safei tangkap lima orang. Mereka memasukkan Safei ke mobil Avanza warna silver, lalu dibawa kabur. ’’Kejadiannya sangat cepat. Lima orang di sini menangkap, sementara ada dua mobil di depan, lalu pergi entah ke mana. Yang saya lihat tidak ada yang memegang benda tajam, apalagi penodongan. Safei juga tidak membawa barang apa-apa,’’katanya.

Dia mengatakan, Safei sempat berontak. Namun, tidak berdaya karena harus melawan lima orang. ’’Dia berontak ketika hendak dimasukkan ke mobil,’’ ujar Titi diiyakan Fajriyah, kakak Titi. Meski demikian, keduanya tidak tahu siapa yang menangkap Safei. Yang mereka tahu, kelima orang itu merupakan pelanggan kopi yang sering nongkrong di warungnya.

’’Mereka sudah dua hari ngopi di sini. Pagi tadi (sebelum penangkapan) juga iya. Saya tidak tahu mereka, cuman ketika saya tanya polisi atau intel? Salah satu di antaranya mengangguk lalu mengenakan masker lagi,’’ungkapnya. Safei, anak pasangan Slamet Raharjo (60) dan Musrifah (60) itu memiliki usaha penjualan bibit tanaman. Pria kelahiran 1992 itu merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara. Safei mengenyam pendidikan Madrasah Aliyah dan keluar saat kelas XI. Ditemui di rumah, Slamet Raharjo membenarkan penangkapan Safei.

’’Kejadian sekitar pukul 10.00,’’katanya. Slamet menyatakan pasrah dengan penangkapan tersebut. Dia juga tidak melakukan pencarian atau pelaporan kepada pihak berwajib karena mengaku tak tahu prosedur. 
’’Saya tidak tahu apa-apa. Kalau memang ada salah dari anak saya (Safei) silakan ditangani, dibimbing.

Saya tidak tahu ke mana harus mencari, ke mana harus melapor,’’ kata jamaah Ahlith Thoriqoh Naqsabandiyah, Purworejo ini. Mengenai dugaan keterlibatan Safei dengan kelompok teroris, dia menyatakan tak tahu. Meski diakuinya, sejak setahun terakhir muncul keanehan.

’’Selain kitab Ihya Ulumuddin, dia juga mempelajari kitabnya Abu Bakar Ba’asyir. Sudah saya maki, tapi tetap saja. Kitabnya (Abu Bakar Ba’asyir) saya tidak hafal,’’terang Slamet yang mengaku tidak suka dengan sikap anaknya yang pendiam dan dua kali pergi dari rumah tanpa diketahui tujuannya. Keluarga sudah menduga jika anaknya terlibat jaringan terorisme.”Saya menganggap dia sudah sebagai teroris,” kata Slamet. (tg, G23,dtc-78)

Sumber: suaramerdeka.com